
Ditulis oleh Tim RuangInformatika.com | Diperbarui Juni 2025
Tagar #KaburAjaDulu menjadi tren di media sosial selama beberapa tahun terakhir. Ungkapan ini digunakan oleh banyak anak muda Indonesia untuk menyatakan keinginan mereka meninggalkan Indonesia, baik untuk belajar, bekerja, atau menetap di luar negeri. Fenomena ini memunculkan diskusi publik: apakah ini sekadar gaya hidup global, atau pertanda brain drain yang perlu diwaspadai?
Ada beberapa alasan yang mendorong anak muda untuk mencoba hidup di luar negeri:
Namun, di balik alasan tersebut, ada pula yang merasa frustrasi dengan situasi dalam negeri: minimnya lapangan kerja, nepotisme, biaya hidup tinggi, dan stagnasi sosial.
Brain drain adalah kondisi ketika sumber daya manusia berkualitas memilih untuk bekerja dan menetap di luar negeri. Dalam jangka panjang, ini bisa mengurangi potensi pembangunan nasional karena:
Indonesia menghadapi risiko ini, terutama di sektor teknologi, riset, dan kesehatan.
Data menunjukkan peningkatan jumlah WNI yang bekerja dan belajar di luar negeri, khususnya di negara maju seperti Singapura, Jepang, Australia, Jerman, dan Amerika Serikat. Banyak dari mereka adalah:
Fenomena ini menunjukkan bahwa yang “kabur” bukan sekadar buruh migran, tapi juga bagian dari kelompok intelektual.
Tidak semua aspek dari #KaburAjaDulu bersifat negatif. Jika dikelola dengan baik, diaspora Indonesia bisa menjadi aset besar. Beberapa peluangnya:
Negara seperti India dan Tiongkok berhasil memanfaatkan diaspora untuk membangun ekosistem startup dan teknologi.
Namun tanpa strategi yang jelas, brain drain bisa merugikan dalam jangka panjang:
Jika anak muda terbaik terus pergi dan tidak kembali, siapa yang akan memimpin perubahan di dalam negeri?
Untuk menjadikan #KaburAjaDulu sebagai peluang, pemerintah perlu:
Anak muda juga punya peran penting dalam membentuk makna dari “kabur”:
#KaburAjaDulu bisa menjadi peluang atau ancaman—semuanya tergantung bagaimana kita menyikapinya. Selama “kabur” dilakukan dengan visi, nilai, dan komitmen, maka itu bukanlah bentuk lari, tapi strategi tumbuh. Indonesia butuh anak mudanya, baik yang tinggal maupun yang di luar negeri.