
Ditulis oleh Tim RuangInformatika.com | Diperbarui Juni 2025
Tagar #KaburAjaDulu yang semula hanya bentuk ekspresi frustrasi di media sosial, kini berkembang menjadi fenomena sosial yang menggambarkan keinginan generasi muda untuk meninggalkan Indonesia demi peluang yang lebih baik di luar negeri. Banyak dari mereka adalah lulusan terbaik, profesional muda, dan talenta digital yang sangat dibutuhkan di dalam negeri.
Istilah brain drain merujuk pada migrasi individu berpendidikan tinggi dan berkemampuan khusus dari negara asalnya ke negara lain. Umumnya, ini terjadi dari negara berkembang ke negara maju karena alasan seperti:
Brain drain sering kali dilihat sebagai masalah serius, karena negara asal kehilangan sumber daya manusia yang seharusnya menjadi motor penggerak pembangunan.
Fenomena #KaburAjaDulu secara tidak langsung mempertegas terjadinya brain drain di Indonesia. Tagar ini mencerminkan:
Jika dibiarkan, arus keluar ini bisa merugikan secara jangka panjang.
Tidak selalu. Dalam beberapa konteks, brain drain bisa menjadi brain gain jika:
Namun hal ini memerlukan pendekatan kebijakan yang tepat dari pemerintah.
Perlu peningkatan anggaran, kualitas dosen, dan akses riset agar talenta merasa cukup dihargai.
Dukungan startup, dana riset, dan insentif bisnis dapat menahan talenta digital dan profesional.
Pemerintah perlu membangun koneksi kuat dengan diaspora, memfasilitasi kontribusi mereka secara aktif.
Berikan insentif bagi mereka yang ingin kembali, seperti program beasiswa balik atau insentif perpajakan.
“Saya ingin kembali ke Indonesia, tapi saya butuh jaminan bahwa hasil kerja saya tidak akan dihambat birokrasi.”
– Dini, 32 tahun, peneliti AI di Kanada
“Kalau sistem di sini belum berubah, saya memilih kontribusi dari luar lewat proyek open source.”
– Eko, 28 tahun, developer di Singapura
Brain drain dan tren #KaburAjaDulu bukan sekadar wacana, tapi sinyal serius bagi masa depan Indonesia. Diperlukan pendekatan sistemik agar generasi muda merasa aman, dihargai, dan punya masa depan di negeri sendiri.
Dengan kebijakan yang tepat, brain drain bisa diubah menjadi brain gain. Saatnya kita tidak hanya bertanya, “Mengapa mereka pergi?”, tetapi juga “Bagaimana kita bisa membuat mereka ingin kembali?”